Pengetahuan Ibu tentang Stunting di Desa Tabanggele Kecamatan  Anggalomoare Kabupaten Konawe

Authors

  • Putri Puspita Sari Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya Author
  • Titi Saparina L Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya Author
  • Rahmawati L Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya Author
  • Noviati L Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya Author
  • Ari Tjahyadi Raifuddin Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya Author
  • Abdul Rahim Sya’ban Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya Author
  • Mila Sya’ban Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya Author
  • Agustriani Sya’ban Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya Author
  • Fifin Dwi Elian Elian Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya Author

DOI:

https://doi.org/10.54883/grqtnr39

Abstract

Stunting merupakan kondisi dimana terjadi gangguan pada masa pertumbuhan dan perkembangan akibat dari kuranngaya gizi kronik dan infeksi berulang. Stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, kondisi soisal ekonomi, gizi ibu saat hamil, kurangnya asupan gizi pada bayi ataupun karena infeksi bakteri/virus pada bayi. Kondisi ini menyebabkan balita akan mengalami penghambatan pertumbuhan fisik dan kognitif yang berakibat pada bentuk fisik tubuh dan pola pikir anak dalam penyelesaian masalah. Kejadian gizi buruk dan gizi kurang kini menjadi masalah baru yang hadir dimasyarakat. Upaya penanganan gizi buruk pada balita dan anak telah banyak dilakukan di seluruh dunia termasuk Indonesia, mengingat tingginya kasus gizi buruk yang dilaporkan. Berdasarakan data RISKESDAS tahun 2007 sampai dengan 2013 terjadi peningkatan data gizi buruk (0,31%) dan gizi kurang (0,96%) di Indonesia. Hingga tahun 2022 masih terdapat 27,7% angka kejadian stunting di Sulawesi tenggara. Hal ini perlu mendapatkan perhatian untuk menekan prevalensi stunting yang sejalan dengan Perpres nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting. Kasus stunting juga erat kaitanya dengan kecacinganan. Kejadian cacingan berulang pada anak dapat menyebabkan malnutrisi. Stunting dapat menyebabkan cacingan karena merupakan salah satu faktor resiko kecacinganan

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2024-06-28